Batang yang Menyejarah (4)


Faktor Batang Yang Menyejarah (3) tentang Masin (Mahasin), sebuah desa di wilayah Kec. Warungasem yang menurut catatan pengembara China, Fa Hian, dan cerita tutur yang berkembang di tengah masyarakat (dahulunya) adalah sebuah komunitas kuno (abad 4 M), terletak di pantai utara Laut Jawa. Letak geografis Desa Masin yang sekarang berada sekitar 4 - 5 KM dari garis pantai Laut Jawa, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu 16 abad (1600 tahun) pesisir utara Pulau Jawa bergerak ke utara sejauh 4 - 5 KM. Akan tetapi pesisir di lokasi Pantai Ujung Negoro (Kec. Kandeman) masih tetap (tidak bergerak ke utara). Dari titik Ujung Negoro ke Masin dahulunya mengarah ke barat daya, namun sekarang posisi desa Masin berada jauh dari pantai. Jika analisis ini benar maka kota Pekalongan dan Batang sekarang dahulunya merupakan perairan dangkal Laut Jawa.
(9) Ujung Negoro. Sejak dahulu hingga sekarang pantai Ujung Negoro tetap berada dalam posisi yang sama, tidak berubah. Sementara perairan dangkal di sebelah baratnya mengalami perubahan menjadi daratan sehingga muncul daratan yang sekarang ini dikenal sebagai desa Depok, Klidang, Karangasem, Kasepuhan, Denasri, dan sebagainya. Faktor yang menyebabkan posisi Ujung Negoro tidak berubah karena struktur geografis Ujung Negoro merupakan pebukitan dengan konten bebatuan keras (cadas) sehingga memungkinkan tetap bertahan dari hantaman ombak Laut Jawa sehebat apapun. Berbeda dari perairan laut dangkal yang sangat rentan terhadap sedimentasi sehingga mendorong terjadinya daratan baru sebagaimana yang terjadi di sepanjang pantai sebelah barat Ujung Negoro selama kurun 1600 tahun.
Mengapa Ujung Negoro menyejarah? Jawabnya karena di bagian puncak bukit pantai tersebut terdapat sebuah situs bersejarah yang dipercaya oleh penduduk setempat secara turun-temurun sebagai petilasan Syech Maulana Maghribi (salah satu anggota Walisongo). Tidak jauh dari kaki bukit di arah barat terdapat sebuah sumur yang airnya berasa tidak asin. Di sumur tersebut penduduk meyakini bahwa Syech Maulana Maghribi dan para pengikutnya membersihkan diri dan mengambil air wudlu untuk sholat.
Oleh penduduk setempat (warga Desa Ujung Negoro) telah dibangun bangunan cungkup sebagai penanda tempat adanya situs petilasan. Selain itu, setiap bulan tertentu (kalau tidak salah Shaffar) masyarakat mengadakan peringatan yang dikemas dalam bentuk ritual keagamaan, dengan menghadirkan ulama terkenal sebagai pemimpin ritual. Hadirin pun datang berduyun-duyun selama 3 atau 7 hari peringatan. Tak ketinggalan para pedagang musiman ikut datang memeriahkan suasana.
Posisi Ujung Negoro saat ini sangat strategis karena tidak lama lagi di tempat yang tidak jauh dari sana akan dibangun PLTU (katanya) terbesar di Asia Tengara oleh sebuah konsorsium multi-nasional dengan investasi mencapai 30 trilyun. Sebuah angka yang sangat fantastis, yang jika proyek tersebut tidak bernilai strategis tidak mungkin ada perusahaan/lembaga multi-nasional yang berminat untuk mengerjakanannya. Para analis memperkirakan jika proyek raksasa itu terwujud akan membawa Batang (khususnya kawasan sekitar PLTU) akan berkembang cepat menyalip daerah-daerah tetangganya. Betul demikian? Kita tunggu saja tanggal mainnya.
Sugito H