Freemason Main ke Wonosobo


Salah satu sudut menarik di obyek wisata Fort Marlborough, Bengkulu, adalah sebuah ruangan mirip sel penjara di wing kanan dari pintu masuk utamanya. Saya katakan menarik karena di ruangan tersebut terdapat sebuah kompas buatan abad ke-19 yang terpasang di temboknya. Entah apa fungsi kompas tersebut karena arah mata angin dapat ditentukan dengan jelas di tempat ini tanpa harus melihat kompas. Bahkan pemandu wisata yang mengaku lahir dan besar di sekitar lingkungan benteng yang dibangun oleh Inggris pada tahun 1707 tersebut, hanya dapat mereka-reka fungsi benda misterius tersebut. Bahkan sampai menghubung-hubungkannya dengan legenda harta karun berupa emas peninggalan Belanda hasil penambangan di daerah Rejang Lebong. Bengkulu memang dikenal sebagai penghasil emas di era penjajahan Belanda, bahkan lapisan emas yang menyelubungi lidah api Monas berasal dari Bengkulu. Terlepas dari semua itu, yang jelas si pembuat kompas pasti memiliki maksud yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri.
Kedatangan bangsa-bangsa pedagang yang berakhir dengan penjajahan Nusantara tidak dapat dilepaskan dari sejarah Freemason, salah satu organisasi rahasia dunia yang kini tidak lagi rahasia karena telah banyak tersedia referensinya dalam berbagai bentuk. Saya sendiri menganut keyakinan bahwa cara terbaik menyimpan sebuah rahasia di era informasi seperti sekarang ini yaitu justru dengan menempatkannya di tempat umum yang tidak disadari orang banyak kecuali mereka yang terpilih atau beruntung menemukannya. Bagi organisasi sekaliber Freemason yang telah banyak makan asam garam perjalanan sejarah dunia, silahkan saja orang berandai-andai dan menebak-nebak tentang mereka, yang penting karakter tidak terlihat (invisible) dan tidak terkalahkan (invincible) tetap tercermin dari banyaknya kejadian-kejadian besar hasil pemikirannya di muka bumi ini.
Kaitannya dengan saya, ketika mengikuti acara kumpul keluarga besar kami di Wonosobo pada pertengahan tahun 1995, bapak mengajak saya berkeliling seputar Kampung Sudagaran, tanah leluhurnya bapak. Rumah-rumah tua disana masih tampak asri dan arsitekturnya nyaris seragam. Ada kemiripan dengan arsitektur rumah di Kotagede, Yogyakarta yang merupakan tempat nenek moyang kami berdomisili sebelum meletusnya Perang Jawa pada tahun 1825-1830 yang ditumpas habis oleh Jenderal de Kock, anggota Freemason. Bapak juga menceritakan bahwa beberapa anggota keluarga besarnya merupakan figur yang sangat dekat dengan dunia spiritual yang cenderung tidak masuk akal. Misalnya dapat meramalkan secara akurat tanggal, jam dan penyebab kematiannya. Hal tersebut tidak terlepas dari interaksi mereka dengan orang-orang Belanda, khususnya yang terdaftar sebagai anggota Freemason, sehingga mencemari kemurnian agama yang dianutnya. Termasuk menjadi perintis aliran kepercayaan yang mencampuradukkan seluruh ajaran agama. Lebih jauh lagi bapak pernah berhipotesa bahwa peristiwa terbunuhnya pamannya bapak dalam peristiwa G30S/PKI, Letjen Anumerta S. Parman, karena sebagai Asisten I Menpangad Bidang Intelijen pada waktu itu, beliau diduga mengetahui banyak hal tentang agenda Freemason di Indonesia.
Catatan sejarah mengenai Freemason di Indonesia ditandai dengan pendirian loji (tempat beribadah/melaksanakan ritual) Mason pertama di Batavia pada tahun 1762. Gedung Bappenas di kawasan Menteng pun tadinya merupakan bekas loji Mason. Entah kebetulan atau tidak, gedung bersejarah ini pada masanya pernah menjadi tempat para think tank negeri ini untuk merumuskan kebijakan ekonomi yang sangat merugikan Indonesia sejak tumbangnya rezim Sukarno pada tahun 1967. Sebuah perbuatan menzalimi rakyat banyak yang grand designnya memenuhi karakteristik Freemason : invisible dan invincible. Pengikut Freemason tidak terbatas kepada ras Yahudi saja, karena hingga tahun 1940, tercatat anggota Mason pribumi (kebanyakan orang Jawa, salah satunya pelukis terkenal Raden Saleh) sebanyak 50 orang dan China 15 orang.
Istilah Mason merujuk pada serikat tukang batu abad pertengahan di Skotlandia yang disusupi para pelarian Ordo Templar setelah setelah gerakannya yang dianggap mempraktekkan ritual anti Kristus ditumpas Gereja Katolik di bawah Paus Clement V dan raja Perancis Philiipe le Bel (Phillipe IV) pada tanggal 13 Oktober 1307. Tanggal tersebut kemudian diperingati menjadi mitos angka 13 sebagai angka sial. Skotlandia sendiri merupakan satu-satunya wilayah di Eropa yang sedang diekskomunikasikan oleh Gereja Katolik. Dari Skotlandia, mereka menyebar ke seluruh dunia, termasuk menyusup ke Belanda dengan VOC-nya. Hampir seluruh gubernur jenderal dari era VOC sampai Pemerintah Hindia Belanda, dari Pieter Both sampai Tjarda van Starkenborg Stachower merupakan anggota Freemason. Semua aktivitasnya ditujukan demi mewujudkan tata dunia baru yang sepenuhnya sekuler dan materialistis : Novus Ordo Sclorum.
Indonesia masih memiliki banyak cadangan sumber energi dan bahan tambang bernilai ekonomi tinggi yang belum tereksploitasi yang menjadikannya tetap seksi di mata para Dajjal modern ini. Semoga Allah SWT melindungi kita semua dan berkenan menjadikan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat di bawah pengelolaan para pemimpin yang amanah. Dan satu hal lagi, jika Freemason saja pernah main ke Wonosobo, maka masukkanlah kota kecil yang indah di kaki Gunung Sundoro-Sumbing ini sebagai tujuan wisata di Jawa Tengah. Rasakan keindahan sunrise di Dieng, kelezatan mie ongklok, sate sapi dan tempe kemulnya…….
Rizka B W