Joakim Wehlin Monumen yang sering disebut kapal batu dibangun masyarakat Laut Baltik di masa lalu. Diduga, monumen salah satunya berfungsi sebagai tempat pengajaran navigasi.Penduduk yang hidup di sekitar Laut Baltik pada zaman perunggu dikenal dengan kecintaannya terhadap laut. Untuk membuktikannya, mereka membangun monumen yang tersusun dari batuan-batuan besar, yang susunan dan ukurannya dibuat menyerupai sebuah kapal.
Situs purbakala berusia 3.000 tahun ini, menurut para arkeolog, dibuat sebagai simbol sebuah kapal yang akan membawa orang yang meninggal menuju kehidupan setelah kematian. Dugaan ini muncul setelah sering dilakukan penggalian tulang belulang dan bejana dari situ tersebut.
Penyebaran monumen batuan kapal tersebar di seluruh wilayah daratan yang ada di sekitar Laut Baltik, meski umumnya berada di pulau yang lebih besar, seperti pulau Gotland di Swedia.
Akan tetapi, ada seorang peneliti yang merasa yakin bahwa kapal batu (stone ships) peninggalan suku Skandinavia itu juga dimafaatkan oleh penduduk semasa hidupnya. Menurut peneliti itu, situs kapal batu dimanfaatkan oleh penduduk sebagai ruang berkumpul untuk melakukan ritual dan mungkin juga untuk mengajarkan hal yang berkaitan dengan perkakas mereka.
“(Peninggalan) ini mungkin digunakan untuk bentuk ritual lain dan aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan di lautan, seperti pengajaran tentang navigasi dan upacara naik atau turun dari kapal” kata Joakim Wehlin, dari University of Gothenburg dan Gotland University.
Dalam penelitiannya, Wehlin menganalisis material purbakala yang ada di situs zaman perunggu ini dan memeriksa dengan seksama lokasi setiap material itu ditempatkan untuk mengetahui bagaimana orang-orang yang hidup saat itu menggunakan situs batuan tersebut.
Ia menemukan bahwa sepertinya orang yang sudah meninggal tidak secara khusus dimakamkan di situs kapal batu, dan beberapa kapal batu bahkan tidak ada tanda pernah digunakan sebagai kuburan.
“Malahan, beberapa situs kapal batu menunjukkan sisa dan peninggalan dari bentuk aktivitas lain. Jadi, dengan ketiadaan bukti rangka atau tulang belulang peninggalan orang yang dikuburkan, jejak pemanfaatan oleh penduduk yang masih hidup menjadi bisa terlihat” ujar Weslin yang dikutip Livescience, Kamis (21/3/2013).
Wehlin menemukan beberapa bukti peninggalan yang mengindikasikan pemanfaatan situs kapal batu oleh masyarakat Baltik, diantaranya jejak perapian, lubang-lubang api, serpihan batu sisa pembuatan perkakas, lapisan/alas yang terbakar, arang, bekas konstruksi bangunan kayu dan lubang-lubang bekas tonggak/tiang.
Wehlin menambahkan kalau daerah tempat kapal batu berada serupa dengan benteng di atas bukitdan lokasinya dekat dengan titik akses pada bentang alam, yakni dekat dengan sungai utama di daratan terssebut.
“Daerah ini sebelumnya diperkirakan usianya lebih muda, hasil perhitungan yang dilakukan saat ini memperlihatkan kalau lokasi tersebut berada pada kisaran usia yang sama dengan zaman perunggu,” papar Wehlin.
Wehlin berharap hasil kajiannya yang masih berupa tesis dan baru akan dipublikasikan pada jurnal ilmiah ini bisa membantu peneliti untuk menngidentifikasi tempat pertemuan baru di daerah Laut Baltik yang digunakan penduduk pada zaman perunggu.