Bookaholic


Bismillahirrahmanirrhim..Alhamdulilah ternyata kita masih dikasih kesempatan untuk menikmati proses kehidupan yang indah ini. Rasa syukur seharusnya selalu kita haturkan kepada Allah SWT. Yang hingga saat ini masih melimpahkan rahmatnya kepadaa semua mahluknnya. Shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabat beliau. Serta tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada guru-guru saya yang semoga selalu istiqomah dijalan dakwah hingga yaumil akhir.


Apa sih yang dimaksud dengan bookaholic? Lantas apa hubungannya dengan generasi dahulu atau generasi sekarang? Siapa mereka? Itu mungkin pertanyaan-pertanyaan yang hadir dalam benak anda ketika mendengar kata bookaholic. Oke semoga penjelasan saya yang seadanya ini bisa anda mengerti. Bookaholic dapat dikatakan orang-orang yang sangat gemar atau bahkan kecanduan dengan buku tapi tidak hanya untuk koleksi apalagi pajangan. Mereka beranggapan bahwa buku merupakan makanan bergizi yang paling berarti bagi mereka. Bahkan sampai mampu menggeser kebutuhan-kebutuhan lainnya. itulah yang membuat Genarasi dahulu (generasi islam awal) menganggap buku adalah makan bagi jiwa dan pikiran mereka. Jika mereka anggap buku itu makanan bergizi, tentu mereka akan mengkomsumsinya dan pastilah buku itu dikumsumsi (baca).

"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dangan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" Qs: al-Alaq 1-5


Iqra 'bacalah' merupakan perintah Allah swt dan juga wahyu pertama yang sangat dihayati oleh generasi awal islam. Sehinga tak heran jika pada zaman itu banyak ulama-ulama yang menyibukan diri dengan membaca kitab-kitab baik siang maupun malam. Bahkan diantara mereka ada beberapa yang merelakan fisiknya tergerogoti asalkan tetap memiliki kesempatan membaca. Maka tak heran saat itu peradaban islam sangat maju, perpustakaan ada di berbagai sudut kota. Lalu bagaimana dengan kita generasi sekarang? Ah sedih rasanya, kita masih sering menganggap membaca sesuatu yang membebankan. Kita telah terlena dengan kemajuan teknologi sehingga menjauhkan dari sumber ilmu (buku). Kita tidak memiliki tradisi belajar yang bagus sehingga banyak mengalami kemunduran.


Mereka 'generasi' dahulu memiliki tradisi baik, mereka mengembangkan tradisi berpikir yang benar, tradisi diskusi yang mencerahkan, tradisi membaca yang menyenangkan bahkan sampai tradisi mengapresiasi seni yang menginspirasi. Mereka belajar dimanapun mereka berada. Ironisnya keadaan berbeda dengan kita sekarang, kita yang belajar saja kadang hanya saat di kampus itu pun saat ada dosen, jika tidak ada dosen waktu pun habis untuk membicarakan hal-hal yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan keilmuan.


Tapi yang perlu di jelaskan bahwa generasi dahulu tidak hanya membaca tapi mereka juga mengkaji ilmu-ilmu yang mereka baca. Dengan begitu proses membaca diikuti dengan proses berpikir, tidak hanya menerima tetapi juga harus kritis dan kreatif. Maka tidak heran jika keilmua saat itu berkembang walaupun beberapa puluh tahun setelahnya saat khafilah Abasyiah muncul pasukan tartar dari bangsa mongol yang menyerang 'perpustakaan', mereka membakar puluhan naskah-naskah penting yang berisi dengan ilmu. Tapi saat itu ilmu sudah menyatu pada jiwa-jiwa generasi pembelajar, itupun karena meraka menyerapi ilmunya. Bayangkan apabila mereka hanya mengoleksi kitab-kitab tanpa mengkajinya.


Dikalangan ulama-ulama juga demikian. Anda mungkin akan tidak percaya apa yang dilakaukan oleh abu Bakar bin al-Anbari, beliau membaca seratus ribu lembar halaman setiap minggu. Ada pula Imam an-Nawawi yang tak ingin membuang waktu baik siang maupun malam. Ia selalu sibuk dengan sumber ilmu. Ada juga orang yang menolak menjadi perdana mentri wilayah Samarkand alasannya karena jika ia menerima permintaan tersebut pasti akan kerepotan memindahkan buku-bukunya, karena memerlukan kurang lebih 400 ekor unta untuk memindahkan buku-buku kesayangannya, ia adalah Sahib Ibnu Abbad. Saya tak bisa membayangkan ada berapa sebenarnya buku milik Sahib Ibnu Abbad. Luar biasa besar obsesi mereka terhadap buku dan tradisi membudayakan membaca.


Begitu pula dengan imam al-Ghazali yang ketika dirampok beliau memohon dengan sangat kepada perampok untuk tidak mengambil buku-bukunya, tapi silahkan untuk mengambil seluruh harta yang ada saat itu. Karena dalam demi buku itulah dia meninggalkan tanah kelahirannya. Didalamnya ada ilmu-ilmu yang tercatat selama beliau mengembara.


Ah ada yang hampir saya lewatkan yaitu puncak kegemilangan islam The Golden Age of sience pada masa Harun al-Rasyid. Jika ada tempat yang paling menyenangkan untuk dikunjungi pada masa kegemilangan islam abad ke delapan adalah perpustakaan. Saat itu Harun al-Rasyid sudah membangun pabrik kertas di Baghdad. Tentu kemampuan membuat kertas itu diperoleh dari orang-orang cina pada 715 M. Sementara Eropa baru mengenal kertas pada abad 13. Industri yang di dirikan Harun al-Rasyid berkembang pesat karena budaya masyarakat muslim saat itu sangat menyukai bacaan. Maka tak heran jika di Baghdad saja ada lebih dari 100 toko buku saat masa Al-Yaqubi seorang cendekiawan muslim (akhir abad ke-9). Perpustakaan umum yang tenar saat itu adalah Dar al-Hikmah didirikan oleh Ma'mun Ar-Rasyid pada 815, setelah itu perpustakaan di Universitas Nizamiyyah tahun 1015 dan di Akademi Mustanshiriyyah 1227. Saat itu Baghdad memiliki 36 perpustakaan umum besar.


Andai saja pemerintah sekarang sama dengan saat itu mungkin bangsa ini tidak lagi diremehkan oleh bangsa lain. Membaca memang sangat penting menurut saya, karena dengan tradisi inilah rata-rata dari kita mendapat pengetahuan yang langsung dari sumbernya. Kita bisa berlama-lama dengan buku tidak sama jika kita hanya belajar dengan mendengarkan ceramah dari guru. Kita tak mungkin dapat mengulang semua penjelasan-penjelasan yang sudah terjadi. Waktu telah berlalu ya mungkin kita memang telah mengerti tentang pokok pembicaraannya tapi ya tentu hanya saat itu. Mungkin ketika keluar dari ruangan kita sudah tidak ingat lagi.. Wallahu a'lam ...


"Dengan buku kita dapat mengetahui sejarah-sejarah para generasi dahulu, cita-cita mereka yang tinggi, hafalan-hafalan mereka yang luar biasa, ketekunan ibadah mereka dan tentu ilmu-ilmu merek yang menakjubkan. Semua itu jelas tidak mungkin diketahui oleh orang yang malas membaca." Ibnu jauzi..


Sebagai penutup tentu saya akan mengajak anda untuk memulai mentradisikan kegiatan membaca ini. Luangkanlah waktu untuk membaca apapun kondisinya saat itu, tapi alangkah bijaknya jika anda memiliki agenda-agenda khusus untuk membaca setiap hari, misalnya setelah shalat malam menjelang subuh atau sore hari menjelang salat maghrib. Lalu pilihlah bacaan-bacaan yang berhubungan dengan masa depan anda, hal itu untuk memantapkan anda menuju ceta-cita besar anda tentunya. Terakhir saya ingin menginfokan bahwa sumber inspirasi postingan tentang bookaholic ini saya dapatkan dalam buku Prophetic Learning karya Dwi Budianto terbitan Pro-U Media, jika anda seorang muslim saya sangat menyarankan anda untuk membacanya,.. (bukan promosi)


Sekian, sukron sudah mampir, jazakumullah khairan khatsir,..Selamat membaca!

Mukram