DI banyak tempat, lokasi bersejarah biasanya dirawat dengan baik. Bahkan tak sedikit daerah yang rela mengeluarkan biaya besar untuk memugar tempat-tempat yang punya nilai sejarah. Tujuannya, tentu agar generasi mendatang tak kehilangan jejak sejarah.
Namun hal itu tampaknya tak berlaku di Meulaboh, Aceh Barat. Datanglah ke Monumen Kupiah Meukutop di Ujung Klang, Kecamatan Johan Pahlawan. Melihat kondisinya, anda mungkin akan kebingungan, benarkah itu sebuah tempat bersejarah? Padahal, monumen itu dibuat untuk mengenang jejak Teuku Umar, pahlawan nasional yang terkenal ke seantero nusantara sebagai salah satu pahlawan perintis kemerdekaan. Di tempat itulah Teuku Umar diyakini syahid dalam perjuangan melawan Belanda tahun 1899. Lokasinya di pinggir pantai Ujong Kalak.
Berdiri di sana, terlihatlah pemandangan seperti ini: atap bangunan yang sudah rontok, taman yang tak terurus, dan sisi bangunan yang mulai rusak dan lapuk.
Monumen bersejarah ini dibangun awal tahun 2000-an. Sempat rusak diterjang tsunami tahun 2004, monumen itu lalu dipugar kembali oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias tahun 2007. Sayangnya, upaya BRR tak dilanjutkan oleh pemerintah setempat. Walhasil, monumen bersejarah itu pun dibiarkan terbengkalai seolah tak punya makna apapun.
Sebelumnya, monumen itu sering dikunjungi masyarakat yang datang dari luar Aceh Barat untuk mengenang perjuangan Teuku Umar. Mereka pun berfoto bersama di sana sebagai kenang-kenangan. Bayangkan, apa jadinya jika orang luar berfoto di sana dengan kondisi monumen yang tak terurus?
Mustafaruddin salah satu pengunjung wisata Kupiah Meukutop di Kabupaten Aceh Barat kepada ATJEHPOSTcom menyesalkan kondisi itu. Baginya, terlantarnya monumen itu sama dengan pemerintah setempat tak menghargai perjuangan Teuku Umar.
"Memprihatikan sekali. Monumen bersejarah bisa terbengkalai seperti ini," ujarnya.
Namun hal itu tampaknya tak berlaku di Meulaboh, Aceh Barat. Datanglah ke Monumen Kupiah Meukutop di Ujung Klang, Kecamatan Johan Pahlawan. Melihat kondisinya, anda mungkin akan kebingungan, benarkah itu sebuah tempat bersejarah? Padahal, monumen itu dibuat untuk mengenang jejak Teuku Umar, pahlawan nasional yang terkenal ke seantero nusantara sebagai salah satu pahlawan perintis kemerdekaan. Di tempat itulah Teuku Umar diyakini syahid dalam perjuangan melawan Belanda tahun 1899. Lokasinya di pinggir pantai Ujong Kalak.
Berdiri di sana, terlihatlah pemandangan seperti ini: atap bangunan yang sudah rontok, taman yang tak terurus, dan sisi bangunan yang mulai rusak dan lapuk.
Monumen bersejarah ini dibangun awal tahun 2000-an. Sempat rusak diterjang tsunami tahun 2004, monumen itu lalu dipugar kembali oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias tahun 2007. Sayangnya, upaya BRR tak dilanjutkan oleh pemerintah setempat. Walhasil, monumen bersejarah itu pun dibiarkan terbengkalai seolah tak punya makna apapun.
Sebelumnya, monumen itu sering dikunjungi masyarakat yang datang dari luar Aceh Barat untuk mengenang perjuangan Teuku Umar. Mereka pun berfoto bersama di sana sebagai kenang-kenangan. Bayangkan, apa jadinya jika orang luar berfoto di sana dengan kondisi monumen yang tak terurus?
Mustafaruddin salah satu pengunjung wisata Kupiah Meukutop di Kabupaten Aceh Barat kepada ATJEHPOSTcom menyesalkan kondisi itu. Baginya, terlantarnya monumen itu sama dengan pemerintah setempat tak menghargai perjuangan Teuku Umar.
"Memprihatikan sekali. Monumen bersejarah bisa terbengkalai seperti ini," ujarnya.