UN atau bahasa gaulnya Ujian Nasional merupakan sebuah ujian penentu kelulusan ke tingkat selanjutnya. Sesuai dengan namanya Ujian Nasional, ujian ini dilaksanakan serentak se-Indonesia Raya.
Sejak awal pelaksanaan UN sampai sekarang, ujian ini selalu dimeriahkan dengan Bocoran, Contekan dan Penjualan Kunci jawaban. Untuk mengurangi kemeriahan tersebut, UN akhirnya diamandemen dari 1 paket, 4 paket dan tahun ini 20 paket. Munculnya Ujian Nasional ini membuat beberapa siswa stress, bukan karena tidak siap tetapi karena UN ini merupakan jalan satu-satunya untuk lulus dan naik ke tingkat selanjutnya.
Di berbagai daerah nilai UN ini juga penentu masuk sekolah yang diinginkan. Jika si siswa mendapatkan nilai UN yang bagus, maka ia berhak masuk ke sekolah yang ia inginkan. Setiap mata pelajaran minimal menghasilkan nilai 50. Bayangkan jika si siswa pintar Matematika, IPA, B.Inggris tetapi kurang dalam Bahasa Indonesia. Si siswa mempunyai 2 kemungkinan, yang pertama si siswa tidak mendapatkan sekolah yang diinginkan karena nilainya kurang oleh Bahasa Indonesia dan yang kedua si siswa bahkan tidak dapat naik ke tingkat selanjutnya karena nilai Bahasa Indonesia nya kurang dari 50 walaupun nilai IPA, Matematika dan Bahasa Inggris semuanya 100.
Betapa kejamnya kebijakakan tersebut. Tahun ini 2013, untuk 'melatih' kejujuran si siswa, UN diamandemen dari 4 paket hingga 20 paket super. 20 Paket maksudnya, dalam 1 kelas tidak ada siswa yang mendapatkan soal yang sama. Saat UN diamandemen menjadi 20 paket, beberapa persoalan pun banyak bermunculan.
Berikut persoalan yang muncul pada UN 2013 :
1. Soal Telat Datang, Jadwal UN diundur
Ujian Nasional merupakan sebuah ujian penentu kelulusan ke tingkat selanjutnya dan dilaksanakan serentak se-Indonesia Raya. Bukan Ujian Nasional namanya kalau tidak serentak se-Indonesia. Persoalan soal yang telat datang untuk beberapa provinsi ini dipenuhi beberapa alasan, ada yang bilang kalau mobil pengirim barang tidak terisi bensin yang cukup dan alasan yang paling utama yaitu 1 dari 6 percetakan tidak dapat mencetak soal sampai batas waktu yang ditentukan. Saling tuduh antara kementrian dan percetakan terjadi. Maksud membuat 20 paket soal ini malah merepotkan percetakan dan kementrian itu sendiri. 20 paket soal ini bertujuan agar hasil nilai UN yang didapatkan bisa lebih jujur, toh 20 paket soal ini membuat jadwal UN diberbagai daerah malah diundur. Pengunduran ini dapat membocorkan isi yang ada pada soal tersebut. Jadi, apalah guna kalimat "DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA" pada soal UN. Penundaan ini bisa membuat siswa lebih stress.
2. LJUN yang Tidak Berkualitas
Dari awal masuk kelas 3, para siswa telah diajarkan untuk membulatkan lembar jawaban yang baik dan benar. Bagaimana pembulatan dan penghapusan yang benar telah diajarkan oleh guru. Pemberian nama dan kode soal sudah sangat dipahami oleh siswa dan sudah cukup mahir untuk membulatkan jawaban pada LJUN. Tapi dalam kenyataannya, LJUN itu sendiri yang membunuh siswa. Bagaimana tidak, kertas LJUN yang dipakai sangat tipis dan tidak berkualitas. Mungkin setipis kertas koran, atau mungkin lebih tipis lagi. Apa jadinya kalau si siswa mengerjakan nomer terakhir, salah, menghapus dan sobek! Ulang dari awal lagi. Kertas LJUN ini juga dibekali dengan 1 cadangan setiap kelas. Kertas soal juga menyatu dengan kertas LJUN, siswa diharapkan untuk memotong kertas LJUN dan Soal sendiri. Beberapa siswa mengaku kecewa pada saat memotong kertas LJUN dan soal, karena LJUN sangat mudah sobek. Membulatkan sobek, menghapus sobek, tak sobek-sobek! Persoalan yang muncul masih banyak lagi.
Dari percakapan di berbagai media, Ujian Nasional ini diadakan karena ketidak percayaan pemerintah terhadap sekolah-sekolah. Lebih baik memperbaiki sekolah mulai dari guru dan Kepala Sekolah. Sebenarnya, guru lah yang lebih dekat dan mengetahui si siswa daripada pemerintah. Guru lah yang lebih pantas memutuskan kelulusan si siswa. Guru telah mengajarkan dan melatih siswa dalam 3 tahun dan mengetahui perkembangan siswa. Dengan adanya ujian nasional, 3 Tahun belajar di SMP dan SMA hanya ditentukan beberapa jam saja.
Di televisi percakapan antara siswa dan juru bicara kementrian pendidikan yaitu bahwa pihak penyelenggara Ujian Nasional akan mengecek ulang kertas LJUN yang tidak terbaca dalam komputer. "Loh, bukannya kalau mengecek ulang itu akan merepotkan pihak penyelenggara dan bahkan akan mengambil anggaran lagi? Kenapa tidak mengganti kertas yang lebih berkualitas, apa salahnya mengganti kertas yang hanya diphotocopy-an 100 rupiah?". Siswa tersebut curiga, dana anggaran yang dipakai untuk LJUN lari kelain pihak karena dalam tahun sebelumnya, kertas LJUN tidak seperti ini. Kita seperti kelinci percobaan.
Masih setujukah anda, terutama para pelajar dengan Ujian Nasional?