Bayangan Gajah Mada di Padende


1364258369324498687Desa Padende merupakan salah satu desa di kecamatan Donggo-Bima. Letaknya di kaki gunung Salunga yang tinggi menjulang di sebelah barat teluk Bima. Desa Padende cukup jauh dan hawanya cukup dingin, karena terletak di atas 500 Mdpl. Di desa ini sejak dulu telah ditemukan dua bangunan kuno yaitu Wadu Nocu(Batu Lesung) dan Tolo Wadu Tunti( Sawah Batu Tulis). Kedua bangunan itu memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain, dan diduga merupakan kompleks percandian. Situs Wadu Nocu adalah bekas kuburan tua dan diperkirakan sebagai tempat bertapa.Sedangkan pada Tolo Wadu Tunti, terdapat sejumlah patung yang berlukiskan pewayangan seperti di Jawa.Patung Dewa Syiwa berdiri sendirian dengan patung 2 orang pengiring yang berada di sebelah selatan. Di sebelah utara ada 5 buah guci wasiat. Prasasti ini ditulis dengan aksara Jawa Kuno dan belum terbaca.
Lalu apa hubungan situs ini dengan Mahapatih Gajah Mada ?
Menurut keyakinan masyarakat setempat, Wadu Nocu itu adalah kuburan Mahapatih Gajah Mada.Keyakinan itu diungkapkan secara turun temurun oleh penjaga kuburan itu. Nampaknya keluarga ini mempunyai hubungan keluarga yang erat dengan orang yang dikuburkan di Wadu Nocu itu. Bila dikaitkan dengan asal usul dan kuburan Patih Gajah Mada yang tidak diketahui dan tidak ditemukan di Jawa serta Pararaton, bahwa Patih Gajah Mada meninggalkan keratin Majapahit menuju kea rah timur, maka kompleks percandian di desa Padende ini menarik perhatian untuk diteliti lebih lanjut. Apa rahasia yang terselubung dari tulisan beraksara Jawa Kuno di situs itu ? Mungkin saja dengan terbacanya Wadu Tunti dan Wadu Nocu akan terkuak siapa sebenarnya yang dikuburkan itu, dan aka nada keterangan sejarah sebenarnya apa yang terjadi di Padende. Dari kenyataan yang ada memberikan petunjuk kepada kita bahwa disana pada zaman sebelum Islam sudah ada tata kehidupan yang teratur berdasarkan Hindu-Syiwaisme. Patih Gajah Mada Dalam sumpah Palapa menyebutkan, bahwa Dompu harus ditaklukan. Sedangkan antara Bima dan Dompu berasal dari satu rumpun suku, bangsa dan bahasa yang sama. Dompu berlokasi di sebelah barat daya Padende. Dari ketinggian Gunung Doro Salunga, Dompu jelas terlihat. Demikian pula dengan fisik Doro Salunga itu sendiri menarik untuk diteliti.
Dalam sejarah disebutkan, selesai menaklukan Bali, ia berkeinginan untuk menaklukan daerah-daerah di sebelah timur Bali. Ekspedisi Majapahit dibawah pimpinan Senapati Sarwajala Nala menyerang Sumbawa.Dadelanata yang mempertahankan Sumbawa dapat ditaklukan. Kekalahan dan penyerbuan itu dapat dibuktikan dengan prasasti perunggu yang bertahun Saka bertepatan dengan tahun 1357 M.Prasasti itu dikeluarkan oleh Majapahit yang memuji keberanian Panglima Nala. Nah, sehubungan dengan fakta sejarah tersebut, jika di desa Bayan Lombok Utara sekarang disebut-sebut ada bekas telapak kaki Gajah Mada, maka bisa dipastikan bahwa di Padende, tepatnya di Wadu Nocu merupakan kuburan Maha Patih Gajah Mada.
Fakta lain yang menunjukkan petualangan Sang Maha Patih adalah sebagaimana tertuang dalam Kitab Negarakartagama karangan Mpu Prapanca tahun 1364 M pada syair 14 baris ke tiga yang tertulis dalam syair bahasa Kawi yang merdu sebagai berikut :
Sawetan ikanang tanah Jawa murah ya – warnnanen
Ri Bali makamukyo tang Badahulu mwang I Lwahgajah
Gurun Makamuke Sukun ri Taliwang ri Dompo Sapi
ri Sanghyang Api Bhima Ceram I Hutan Kadalaopupul
Muwang tang I Gurun sanusa mangaram ri Lombok Mirah
Lawan tikang I Saksakadi nikalun kahaiyang kabeh
Muwah tikang I batangan pramuka Bintayan len Luwuk
Tekeng Udamakarayadhi nikanang sanusapupu
(Dikutip dari Muhamamad Yamin, Gajah Mada Pahlawan Pemersatu Nusantara Hal :60)
Jika diterjemahkan route perjalanan Maha Patih Gajah Mada di atas, maka dapat diketahui route perjalanan yang dilewati yang terbagi dalam daerah tumpah darah nusantara yang delapan. Khusus wilayah timur Jawa dan seluruh Nusa Tenggara digolongkan dalam daerah V yang meliputi Bali, Bedulu, Lwanggajah(Lilowan, Negara), Gurun (Nusa Panida), Taliwang (Sumbawa), Dompo(Sumbawa), Sapi(Sumbawa), Sanghyang Api ( Gunung Api, Shangyang), Bima, Seram, Hutan(Sumbawa-Utan),Kedali(Buru), Gurun(Gorong), Lombok Mira( Lombok Barat), Saksak(Lombok Timur), Sumba dan Timor. Dari dua fakta di atas, menarik untuk diteliti lebih lanjut. Dimana sebenarnya kuburan Maha Patih Gajah Mada ? dan dimana perjalanan penaklukkan wilayah tersebut berakhir. Karena sesuai sumpahnya, ia tidak akan memakan buah Palapa sebelum menaklukkan seluruh wilayah nusantara. Dari jejak situs itu, para peneliti sejarah dan arkeologi seharusnya sudah memulai penelitian tentang keberadaan Maha Patih Gajah Mada. Selama ini kita meyakini analisa bahwa Maha Patih yang menjadi pemersatu Nusantara itu hilang di Singosari dan atau tempat lainnya di Jawa.