Menyingkap Rekam Jejak Penyakit dari Mumi (II)


Melalui penelitian mumi terungkap penyalit yang di derita para nenek moyang pada zaman dahulu dan masih dialami oleh manusia modern
mumiIlustrasi mumi. (thinkstockphoto)
Penelitian terbaru dengan menggunakan CT scan modern, MRI (Magnetic Resonance Imaging), dan tes DNA, para pakar memberikan pengetahuan yang menarik tentang bagaimana mumi hidup dan meninggal. Dari seluruh mumi yang diteliti, beberapa di antaranya mengungkap penyakit pada masa kuno.
Setelah sebelumnya disingkap lima penyakit, kini dipaparkan kembali daftar penyakit mulai dari yang ringan sampai berat bahkan mengerikan yang diderita oleh para nenek moyang:
Tanda-tanda cirrhosis ditemukan pada mumi seorang pria Italia pada abad ke-16. Laki-laki ini menderita kelainan genetik yang disebabkan akumulasi tembaga di dalam tubuhnya dan berdampak pada kerusakan fungsi hati.
Berikutnya, bintik-bintik dingin yang sering disebut penyakit cacar telah menyerang manusia purba. Hal ini terungkap dari DNA smallpox yang terdeteksi pada mumi beku berusia 300 tahun dari Siberia. Virus ini menyebakan ratusan juta orang meninggal dunia di seluruh dunia selama abad 20.
Kematian bayi juga ikut masuk dalam daftar ini. Fenomena kematian bayi di masa lalu terlihat dengan ditemukannya mumi bayi berusia sepuluh bulan sekitar 6.500 tahun lalu di Peru. Tubuh bayi kecil, dengan tali jimat yang masih mengalungi leher, dibungkus kain diletakkan di tulang kering. Dari hasil CT Scan terbaru terungkap bahwa bayi tersebut menderita penyakit gagal jantung dan infeksi paru.
Dan, percaya atau tidak, orang katai juga ada pada masa kuno dengan ditemukannya mumi seorang wanita pada tahun 1951. Wanita ini diduga hidup sejak zaman Romawi dan menderita Leri-Weill dyschondrosteosis -kelainan genetik antosomal dominan yang langka- yang mengakibatkan tubuhnya katai.
Sedangkan dalam studi dalam skala besar yang melibatkan 23.000 kerangka dari situs arkeologi abad pertengahan di Inggris, ditemukan beberapa penyakit yang umum terjadi saat ini seperti sinusitis dan kerusakan gigi. Untuk penyakit gigi, mulai banyak ditemukan sejak gula mulai banyak digunakan pada abad 12 di Inggris.

(Umi Rasmi.  National Geographic News)