Bangsa Viking mungkin telah menjadi pelaut dengan kemampuan navigasi mumpuni, bahkan lebih mengesankan dari yang diperkirakan sebelumnya.
Bangsa Viking terkenal dengan kemampuan berlayarnya mengarungi laut lepas dengan menggunakan kapal. Yang masih menjadi misteri, bagaimana manusia pada zaman itu mampu menavigasikan kapal mereka, sementara teknologi canggih belum ditemukan kala itu.
Penelitian terbaru mengungkapkan ternyata bangsa Viking berlayar menggunakan kompas matahari, melintasi Atlantik. Penelitian yang dipublikasaikan dalam Journal Proceedings of the Royal Society A Mathematical and Physical Sciences menulis bahwa bangsa Viking mungkin telah menjadi pelaut dengan kemampuan navigasi mumpuni bahkan lebih mengesankan dari apa yang diperkirakan sebelumnya.
"Memang telah diketahui bangsa Viking adalah pelaut yang sangat baik. Namun, tampaknya mereka telah menggunakan instrumen navigasi yang lebih baik dari yang kita duga sebelumnya," kata Balazs Bernath, penulis studi yang juga peneliti di Universitas Eotvos di Hungaria.
Mengetahui secara persis bagaimana bangsa Viking melakukan navigasi di laut lepas memang selalu menjadi topik spekulasi dan legenda. Selama ini ilmuwan menduga Viking menggunakan kompas matahari yang rumit untuk menentukan dengan tepat arah utara dan mengandalkan kristal ajaib untuk membantu navigasi mereka saat cuaca berawan.
Alat navigasi bangsa Viking tersebut mulai terkuak saat arkeolog menemukan artefak kayu misterius di bawah reruntuhan biara Benedictine, Greenland. Artefak kayu yang berbentuk setengah lingkaran memiliki lubang di tengahnya dan pola zigzag terukir di sekelilingnya.
Para ilmuwan yang meneliti saat ini sedang bertanya-tanya sepertinya kompas matahari tersebut lebih canggih dari fungsi utamanya yang hanya untuk menentukan garis lintang ataupun sekedar menentukan belahan bumi utara dan selatan dunia.
"Viking berlayar dengan menggunakan garis lintang, yang artinya mereka melintasi lautan lepas sepanjang jalur lintang yang telah dipilih. Misalnya, mereka berlayar secara rutin sejauh 2.500 kilometer sepanjang 61 garis lintang dari Norwegia menuju Greenland dan kembali lagi. Untuk melakukan hal tersebut diperlukan kompas yang bagus dan perlu melakukan pengecekan secara rutin, lintang yang sedang dilalui," kata Bernath.
Namun, angin dan arus laut dapat dengan mudah mengalihkan kapal kecil yang mereka tumpangi, memaksa para pelaut viking untuk sesering mungkin mengecek lintang mereka agar tetap berada di jalur yang tepat.
Bangsa Viking berlayar di sekitar Lingkaran Artik, di mana matahari tidak pernah terbenam saat musim panas. Sehingga mereka menavigasikan kapal dengan mengandalkan Matahari, bukan bintang.
Para peneliti mengungkapkan, setiap harinya pada saat siang ketika matahari berada pada posisi tertingggi di langit, lempeng yang berada di tengah kompas akan melemparkan bayangan di antara dua garis pada lempengan (piring). Para pelaut kuno Viking dapat mengukur bayangan pada siang hari dengan menggunakan garis skala pada dial kemudian menentukan garis lintang.
(Umi Rasmi. Live Science)
Penelitian terbaru mengungkapkan ternyata bangsa Viking berlayar menggunakan kompas matahari, melintasi Atlantik. Penelitian yang dipublikasaikan dalam Journal Proceedings of the Royal Society A Mathematical and Physical Sciences menulis bahwa bangsa Viking mungkin telah menjadi pelaut dengan kemampuan navigasi mumpuni bahkan lebih mengesankan dari apa yang diperkirakan sebelumnya.
"Memang telah diketahui bangsa Viking adalah pelaut yang sangat baik. Namun, tampaknya mereka telah menggunakan instrumen navigasi yang lebih baik dari yang kita duga sebelumnya," kata Balazs Bernath, penulis studi yang juga peneliti di Universitas Eotvos di Hungaria.
Mengetahui secara persis bagaimana bangsa Viking melakukan navigasi di laut lepas memang selalu menjadi topik spekulasi dan legenda. Selama ini ilmuwan menduga Viking menggunakan kompas matahari yang rumit untuk menentukan dengan tepat arah utara dan mengandalkan kristal ajaib untuk membantu navigasi mereka saat cuaca berawan.
Alat navigasi bangsa Viking tersebut mulai terkuak saat arkeolog menemukan artefak kayu misterius di bawah reruntuhan biara Benedictine, Greenland. Artefak kayu yang berbentuk setengah lingkaran memiliki lubang di tengahnya dan pola zigzag terukir di sekelilingnya.
Para ilmuwan yang meneliti saat ini sedang bertanya-tanya sepertinya kompas matahari tersebut lebih canggih dari fungsi utamanya yang hanya untuk menentukan garis lintang ataupun sekedar menentukan belahan bumi utara dan selatan dunia.
"Viking berlayar dengan menggunakan garis lintang, yang artinya mereka melintasi lautan lepas sepanjang jalur lintang yang telah dipilih. Misalnya, mereka berlayar secara rutin sejauh 2.500 kilometer sepanjang 61 garis lintang dari Norwegia menuju Greenland dan kembali lagi. Untuk melakukan hal tersebut diperlukan kompas yang bagus dan perlu melakukan pengecekan secara rutin, lintang yang sedang dilalui," kata Bernath.
Namun, angin dan arus laut dapat dengan mudah mengalihkan kapal kecil yang mereka tumpangi, memaksa para pelaut viking untuk sesering mungkin mengecek lintang mereka agar tetap berada di jalur yang tepat.
Bangsa Viking berlayar di sekitar Lingkaran Artik, di mana matahari tidak pernah terbenam saat musim panas. Sehingga mereka menavigasikan kapal dengan mengandalkan Matahari, bukan bintang.
Para peneliti mengungkapkan, setiap harinya pada saat siang ketika matahari berada pada posisi tertingggi di langit, lempeng yang berada di tengah kompas akan melemparkan bayangan di antara dua garis pada lempengan (piring). Para pelaut kuno Viking dapat mengukur bayangan pada siang hari dengan menggunakan garis skala pada dial kemudian menentukan garis lintang.
(Umi Rasmi. Live Science)