Orang Yang Menolak Pohon Kurma Di Surga


Terjadilah perselisihan antara seorang lelaki dengan seorang anak yatim. Keduanya mempermasalahkan sebatang pohon kurma. Si yatim mengatakan bahwa pohon kurma itu miliknya, si lelaki pun bersikukuh bahwa pohon itu haknya. Perselisihan yang tak berujung solusi itu pun sampai kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

“Berikan pohon tersebut kepadanya (si yatim),” perintah Nabi kepada si lelaki. Jika hal itu dilakukan, janji Nabi, “Kamu akan mendapatkan pohon kurma di surga.” Bukannya menerima secara antusias, lelaki aneh ini menukas tegas, “Tidak mau!”

Rupanya, pohon kurma di dunia lebih menarik bagi lelaki ini. Lelaki yang disebutkan dalam Syarah kitab Shahih Muslim anggitan Imam an-Nawawi ini bernama Abu Lubabah. Sedangkan si yatim, tak disebutkan siapakah namanya.

Tak lama setelah perselisihan yang belum kelar itu, Abu Dahdah Radhiyallahu ‘anhu pun mendengar peristiwa ini. Dengan gagah, ia datang. Ia hendak membeli pohon kurma yang diperselisihkan itu sekaligus dengan kebunnya.



“Apakah saya juga berhak mendapatkan pohon kurma di surga jika aku memberikannya (pohon kurma) kepada anak yatim ini?” tanya sang Abu Dahdah bersemangat.

“Sungguh,” jawab Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “banyak sekali pohon kurma Abu Dahdah yang bergantungan di surga.”

Kisah singkat ini, setidaknya memberikan gambaran kepada kita tentang dua kelompok manusia yang berbeda. Satu kelompok manusia lebih memilih dunia, padahal akhirat dan surga ditawarkan kepadanya. Karenanya, senikmat apa pun surga yang digambarkan oleh Nabi, mereka menolaknya dengan pongah. Sama sekali tidak tertarik.

Sedangkan kelompok kedua, mereka adalah orang yang benar keyakinannya kepada Allah Ta’ala dan sangat meyakini janji suci yang disampaikan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka yakin dengan janji itu, lalu mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menebus surga dengan semua yang dimiliki. Baik dengan harta, amal, bahkan nyawa mereka yang hanya satu-satunya itu.

Selanjutnya, kisah ini akan senantiasa abadi. Abu Dahdah Radhiyallahu ‘anhu telah berpulang ke Rahmatullah sejak seribu empat ratusan tahun yang lalu. Tapi, kisah dan inspirasinya akan abadi dan senantiasa dikenang oleh seluruh kaum Muslimin hingga Hari Akhir kelak.

Mudah-mudahan kita semua diberi kekuatan untuk senantiasa meneladaninya. Jangan sampai, kita menolak balasan di surga dan lebih memilih dunia yang sementara dan fana ini. Aamiin.