Dalam Islam Mana Lebih Baik Dinikahi, Gadis atau Janda? Ini Jawabannya




Banyak hal yang dijadikan pertimbangan seorang laki-laki ketika ia akan menikah. Banyak aspek yang mereka pikirkan sebelum akhirnya memilih bidadari yang kelak mendampinginya dalam arungi samudera kehidupan. Satu di antara banyaknya hal tersebut adalah apakah ia akan menikah dengan seorang gadis atau janda.

Pertimbangan seseorang dalam memilih pasangan hidupnya sangat terkait erat dengan pribadi sang pemilih. Kemudian yang menjadi faktor pengaruhnya adalah kehidupan sehari-hari, keluarga, lingkungan sekitar, termasuk agamanya.

Jika Gadis yang Menjadi Tambatan Hati

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam salah satu riwayatnya menyarankan agar umatnya menikah dengan gadis. Karena mereka bisa saling bermesraan, bermain, subur dan mudah menerima serta tidak membandingkan, sebab belum pernah menikah dengan orang lain.

Selain itu, seorang gadis memiliki kadar kecintaan yang besar dan tulus serta besarnya rasa terima kasih kepada laki-laki yang telah memilihnya menjadi istri, padahal di luar sana ada banyak wanita lain dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki.

Hal lain yang sering menjadi pertimbangan, bahwa dengan menikahi gadis seorang laki-laki tidak akan mendapat ‘warisan’ masalah.

Jika menikahi gadis sudah menjadi sesuatu yang lumrah, maka tidak demikian jika yang dinikahi oleh seorang laki-laki-lajang atau duda-adalah sosok yang sudah pernah menikah.

Selain ‘warisan’ berupa anak dan barangkali masalah dengan mantan suami, anggapan miring masyarakat sering dialamatkan oleh masyarakat kepada mereka yang menikahi janda.

Baik anggapan bahwa sang laki-laki mengincar harta-jika janda kaya yang dinikahi-, jabatan-jika jandanya berpangkat-, atau warisan dan kehormatan dan predikat duniawi lainnya.

Janda juga rentan dinikahi ketika ia memiliki sifat sedikit syukur dan banyak menuntut. Selain itu, kekhawatiran apakah sang anak bisa mencintai ayah barunya juga sering dijadikan pertimbangan.

Otomatis, jika sang janda banyak anaknya, maka faktor penghasilan dan kehidupan ekonomi penting juga untuk dipikirkan.

(Bukan) Gadis atau Janda

Rasulullah memang secara langsung memberi nasihat agar seorang laki-laki menikahi gadis. Sedangkan terhadap janda, beliau hanya pernah membenarkan sahabatnya yang menikah dengan janda. Padahal, jika melihat sejarah, dari banyak istri Nabi, hanya satu yang dinikahi saat masih gadis; sedang selainnya janda. Bahkan Ummu Khadijah binti Khuwailid menjanda dua kali sebelum menikah dengan Rasulullah.

Selain itu, dalam hadits lain terdapat isyarat persetujuan Nabi bagi seseorang yang menikahi janda, Nabi memberi garansi surga bagi siapa yang menyantuni janda. Apalagi menikahinya secara syar’i, kemudian mencukupi kebutuhan lahir dan bathinnya.

Nah, lantaran dua hal ini, gadis ataupun janda sebenarnya tidak masalah. Tinggal melihat kecenderungan masing-masing, kesiapan diri dan keluarga, serta niatnya. Sebab, ketika seseorang menikahi seorang wanita-gadis ataupun janda-karena Allah Ta’ala dengan melihat agama dan kualitas akhlaknya, maka yakinlah bahwa itulah pernikahan yang diberkahi.

Itulah pernikahan yang ditetapkan iman atas pelakunya, dan disuburkan bagi mereka amal shalehnya. Kelak, pasangan inilah yang akan dikumpulkan di surga-Nya. Aamiin.(keluargacinta.com)