Ummi, Nanda (26th), sudah menikah lebih dari 6 bulan. Pernikahan kami selalu diundur-undur karena alasan ekonomi. Suami berwiraswata tetapi bangkrut sementara nanda bekerja. Setelah 7 tahun menunggu, akhirnya kami menikah. Namun, dengan pertimbangan ekonomi, kami tinggal berlainan kota. Nanda mengerti kondisi suami dan tidak menuntut untuk diberi nafkah, toh nanda bekerja.
Setelah 4 bulan terpisah, nanda mendapat tekanan dari keluarga untuk tinggal bersama suami. Akhirnya nanda keluar kerja dan ikut tinggal dengan keluarga suami. Alhamdulillah waktu itu suami sudah punya usaha lagi (berdagang di pasar) Nanda pun memutuskan untuk membantu usaha suami atau bekerja lagi. Tapi suami dan mertua melarang, dan meminta nanda tinggal di rumah dan istirahat.
Setelah 1,5 bulan tinggal dengan mertua akhirnya nanda tahu kalau sebelum menikah dengan nanda, hampir 2 tahun ini suami sudah menikah dengan wanita lain. Bahkan sudah mempunyai 1 anak (8 bulan). Suami menikahi wanita itu karena terpaksa dan tanpa restu ibu mertua. Mereka digerebek dan dipaksa menikah ketika sedang duduk mengobrol di depan rumahnya.
Nanda kesal, sakit hati, kecewa, marah karena merasa dibohongi. Alasan suami tetap menikahi nanda karena terikat tanggung jawab, rasa nandang, kasihan, karena sudah bertahun-tahun menunggu dan bersabar. Ibu mertua pun merasa malu dan bersalah kepada nanda.
Sejak nanda mengetahui rahasia itu, usaha suami mulai menurun lagi. Jarang pulang karena harus berbagi waktu dengan istri dan anaknya. Saya terus berusaha bersabar dan menerima kenyataan ini. Bahkan perhiasan nanda dan ibu nanda terjual untuk membantu usaha suami.
Ummi, apa yang harus nanda lakukan? Pulang ke rumah orangtua merasa malu, kepergian nanda mengikuti suami karena merasa terusir dari keluarga. Mohon nasehatnya, terima kasih.
Wassalam
Nanda P, bumi Allah
Jawaban Syari’ah:
Ummi ikut prihatin terhadap penderitaan Nanda. Secara fitrah setiap orang berkeluarga selalu ingin mendapatkan kebahagiaan. Allah berfirman: “Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu merasa cenderung dan tenteram kepadanya.” (QS 30:21)
Untuk mewujudkan kebahagiaan itu, islam sudah mengatur secara rinci khitbah, proses pernikahan dan pasca pernikahan, syarat-syarat sah pernikahan dan karakteristik pemilihan pasangan yang ideal dan berkualitas. Bagi yang mengikuti ketentuan-ketentuan islam, insya Allah dia akan mendapatkan tujuan pernikahan, yakni kebahagiaan.
Pernikahan itu jangan didasarkan pada kedustaan, karena akan menimbulkan kekecewaan, penyesalan, bahkan penderitaan bagi pasangannya. Kejujuran menjadi salah satu unsur yang dapat menentukan keputusan untuk menikah atau membatalkan sehingga bisa menjadi keputusan yang tepat.
Sebaiknya Nanda berpikir jernih dan menyampaikan masalah yang dihadapi pada orangtua apa adanya. Jangan merasa terbuang, sebab merekalah orangtua yang melahirkan, membesarkan dan mendidik Nanda. Mudah-mudahan mereka dapat bermusyawarah untuk mendapatkan keputusan yang baik untuk semua. Ketika orangtua belum mendapat informasi tentang keadaan Nanda, wajar saja jika mereka tidak bisa ikut terlibat menyelesaikan persoalan ini. Ummi ikut mendoakan.
Jawaban Psikolog:
Nanda hendaknya tidak berlarut-larut dalam perasaan galau ini, karena Nanda masih muda, masa depan masih bisa ditata, dan memiliki segudang potensi untuk dikembangkan. Bangkitlah, karena hidup ini sesungguhnya rangkaian ujian demi ujian. Semua ujian ini bermuara pada satu tujuan: membuat diri makin matang dan dewasa dalam memandang kehidupan.
Hal pertama yang harus Nanda lakukan adalah menerima peristiwa ini dengan hati lapang. Yakinilah di balik semua peristiwa, selalu ada hikmah dan sisi kebaikannya. Mungkin Allah swt ingin membersihkan kesalahan atau dosa-dosa Nanda di masa lalu dengan cara ini.
Kita perlu ber-positive thinking, karena ini akan membuat bisa melihat peluang kebaikan lainnya. Bila Nanda mempersepsi diri sebagai orang yang tegar, terpilih untuk mengemban ujian karena memiliki potensi untuk menyelesaikannya, maka energi positif secara kimiawi akan memacu hormon seretonin yang ada dalam tubuh untuk menghadapi peristiwa demi peristiwa dengan kesabaran.
Berikutnya Nanda perlu menata kehidupan pribadi maupun keluarga. Ummi melihat sebenarnya Nanda pun merasa nandang kepada suami. Karena itu bangunlah komunikasi yang baik. Salah satu sebab mengapa persitiwa ini terjadi, karena tiadanya komunikasi yang sehat, fair dan terbuka.
Meski berat, sebaiknya Nanda menerima kenyataan bahwa suami harus mengurus dua rumah tangga. Buatlah kesepakatan jadwal kunjungan, sehingga ada kejelasan kapan giliran Nanda, kapan madu Nanda.
Komunikasi yang sehat juga perlu Nanda bangun dengan orangtua, karena meskipun kini sudah berkeluarga, mereka tetaplah memiliki hak birrul walidaini. Sering-seringlah bersilaturrahmi. Bila hubungan sudah membaik, Nanda pun perlu menjelaskan kondisi sebenarnya sehingga mereka tidak salah sangka,
Isilah hari-hari Nanda dengan kegiatan yang positif dan persepsikan bahwa semua kebaikan yang kita lakukan tidak akan luput dari pahala Allah. Jadi Nanda dapat lebih ringan tangan membantu keluarga suami. Bila Nanda mampu melihat kebaikan-kebaikan yang Nanda lakukan akan bermanfaat bagi orang lain, terlebih paling besar sebenarnya adalah untuk diri kita sendiri, akan muncul rasa berharga, dicintai dan dinandangi orang lain.
Perasaan ini akan membuat Nanda tetap muda usia, mudah memaafkan dan membuat lebih cantik batiniah dan lahiriah. Bila Nanda memang memiliki keterampilan dan ada pekerjaan yang bisa dilakukan, Nanda bisa minta izin suami untuk kembali bekerja sehingga dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri.
Memang tidak mudah, namun bila Nanda mundur dan minta cerai, juga bukan penyelesaian yang tepat. Justru akan banyak masalah baru yang akan timbul. Bangunlah komunikasi dengan Allah SWT lewat ibadah harian yang disiplin, shalat malam, mengikuti kajian-kajian keislaman agar hari Nanda senantiasa disinari oleh-Nya.