Jika Anda sering bepergian melalui kendaraan umum atau pergi ke taman, Anda mungkin pernah menjumpai wanita muda yang asyik membaca novel atau komik. Ya, memang jika dilihat secara kasar, populasi penggemar fiksi di dunia ini diisi oleh wanita. Variasi cerita fiksi yang cukup beragam membuat wanita lebih senang menghabiskan waktu membaca karya-karya fiksi dibanding membaca koran.
Namun, ada kalanya hobi mereka membaca karya fiksi ini menimbulkan efek yang sedikit “aneh”. Selain menyukai jalan cerita dari karya fiksi yang dibacanya, wanita juga memiliki kecenderungan untuk mencintai karakter fiksi yang ada dalam cerita tersebut. Loh, kok bisa?
Profesor Blakey Vermeule seorang pengajar di Stanford University menjelaskan dalam bukunya yang berjudul 'Why Do We Care About Literary Characters?'. Menurut Profesor Blakey, di dalam kehidupan sehari-hari, wanita cenderung menjadi makhluk yang egois. Ini tercermin dari tindak tanduknya yang selalu terobsesi pada kesempurnaan fisik, harta, serta intelektual. Namun, ketika hal-hal tersebut sudah terpenuhi, atau sebaliknya, belum terpenuhi, maka wanita akan mencari objek atas keinginannya itu. Dan karya fiksi seperti komik dan novel adalah objek yang ideal.
Dalam karya fiksi, wanita akan memahami secara terperinci apa yang ada di dalam perasaan sang tokoh di dalam karya fiksi tersebut. Wanita pembaca fiksi pun tak segan untuk menyelami karakter si tokoh, memperoleh gambaran nyata tentang tokoh tersebut, serta berimajinasi tentang tokoh tersebut. Di sinilah hebatnya peranan penulis yang mampu menciptakan sebuah tokoh dengan cara sebaik mungkin yang membuat wanita memiliki ketertarikan yang sangat tinggi terhadap tokoh tersebut.
Nah, bagi Anda para pembaca novel, tentu hal ini belum tentu merupakan sesuatu yang negatif. Jika Anda mulai dihinggapi perasaan tertentu terhadap seorang tokoh dalam cerita, kenapa Anda tidak menuliskan imajinasi Anda terhadap tokoh tersebut?Siapa tahu, naskah Anda ini akan mendapatkan apresiasi. Selamat menulis ya!