Buah Hati Membantah! Kenali Faktor Penyebabnya



Sebagai orang tua pasti kita ingin memiliki buah hati yang penurut serta selalu mendengarkan nasihat yang kita berikan. Memberikan nasihat kepada sang buah hati adalah tujuan utama agar buah hati menjadi anak yang tumbuh dengan akhlak yang baik. Dan kita juga tidak ingin apabila sang buah hati memiliki sikap yang tidak sesuai sehingga kita harus memberikan pandangan dan nasihat kepada mereka.

Namun, tidak jarang sang buah hati tidak mendengarkan dan menyerap secara baik nasehat yang kita berikan. Dan terkadang sang buah hati juga tidak mendengar sama sekali apa yang kita sampaikan serta Membalas dengan perkataan yang menyakitkan dan suara yang keras. Atau sang buah hati akan menangis, membuang barang-barang yang ada di dekatnyaserta akan menyerang kita.
 
Dalam kondisi seperti ini kita sebagai orang tua merasa tidak mudah berperan dan mendidik sang buah hati. Hal ini membuat kita merasa sedih dan menangis. Situasi seperti ini membuat kita menjadi bingung. Di satu sisi kita wajib mengingatkannya, di sisi lain ego anak tak mau merasa diatur atau disalahkan.

Dalam kondisi seperti ini apa yang harus kita lakukan? Sebaiknya kita tidak larut dalam rasa sedih. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui terlebih dulu tentang hal-hal  yang berkaitan dengan perilaku anak yang suka membantah:

John Gray, PhD. mengatakan dalam bukunya, “Children Are From Heaven”, mengatakan bahwa seorang anak  (sekitar dua tahun lebih) yang protes terhadap orang tuanya adalah bentuk perlawanan yang disebabkan kemauan, keinginan, dan kebutuhan sendiri.
 
Protes putra putri menunjukkan perkembangan kemandirian dalam diri sang buah hati. Sang buah hari akan merasa sebagai orang besar yang bisa melakukan segalanya sendiri. Dengan demikian, pada usia ini jika anak suka membantah, bukan berarti ia berkembang menjadi tidak baik, tapi justru telah berkembang kemampuan kontrol terhadap dirinya sendiri.
 
Pada anak usia delapan hingga sepuluh tahun, anak mengalami fase-fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Anak sangat ingin menunjukkan identitas dirinya dan unjuk diri. Tiba-tiba saja ia mempunyai hobi membantah walaupun apa yang disampaikan orang tua logis dan baik. Pada usia ini anak tidak suka sikap otoriter orang tua. Mereka meinginkan orang tua lebih demokratis dan memposisikan mereka sebagai sahabat yang perlu diskusi atau membuat kesepakatan-kesepakatan, dan bukan menuruti perintah atau larangan.

Contoh: buat kesepakatan tentang jam bermain anak di luar rumah. Jika dilanggar, maka anak sudah tahu konsekuensi dari yang sudah disepakatinya dengan orang tua. Tentu saat membuat kesepakatan harus dalam keadaan tenang dan suasana santai walaupun topik pembicaraan serius. Jadi, anak lebih suka “kesepakatan” dari pada perintah dan larangan.

Anak-anak melihat contoh membantah dari lingkungan sekitarnya, seperti ibunya yang selalu membantah perkataan suami atau kakak yang selalu membantah orang tua. Hal ini jika terus dilihat sang buah hati maka akan menginspirasinya untuk melakukan hal yang sama di kemudian hari.
Buah hati membantah melakukan tugas dari orang tua bukan karena ia tidak menghendaki, tetapi ia memang tidak mempunyai kemampuan atau belum kapasitasnya untuk melakukan itu.
 
Anak yang merasa kecewa dan tidak puas terhadap orang tua, juga dapat memicu anak menjadi suka membantah. Contohnya: kita pernah berjanji mengajak berlibur ke luar kota apabila sang buah hati melaksanakan sholat lima waktu selama sebulan. Tetapi setelah sebulan ia laksanakan kita tidak jadi mengajaknya berlibur. Lalu, kita berjanji akan memberi hadiah bila ia dapat sepuluh besar di sekolah. 

Tetapi hal itu juga tidak kita tepati. Jika hal serupa sering kita lakukan maka sang buah hati menilai kita tidak layak untuk ditiru karena suka berbohong sehingga apa yang kita katakan selalu ia bantah.
Penerapan disiplin yang terlalu longgar juga membuat anak menilai kita tidak tegas, sehingga ia berani membantah apa yang kita katakan. Jadi, sebaiknya ketika kita melarang anak melakukan sesuatu maka kita peru tegas berkata “tidak”.

Dan terlalu memaksa sang buah hati terhadap semua keinginan kita juga akan menjadikan sang buah hati memberontak dan menjadikannya sebagai anak yang suka membantah. Ada baiknya orang tua mendahulukan keinginan sang buah hati agar mereka merasa dihargai eksistensinya. Sang buah hati juga tidak suka diperintah dengan menyuruh tanpa menggunakan kata tolong dan terima kasih.
 
Berdoa adalah salah satu cara yang manjur untuk menjadikan situasi yang runyam menjadi lebih baik. Tetaplah doakan anak-anak kita sehabis sholat, sebelum tidur, saat bangun tidur, bahkan setiap saat, agar luluh hatinya dan mudah menerima nasihat.

Tetap berdoa agar kita selalu diberi petunjuk dan kemudahan oleh Allah dalam mengiringi buah hati kita tumbuh dan berkembang walau sepertinya keadaan tidak bisa kita kendalikan. Dan harus yakin, semua akan menjadi lebih baik. Amiiin.