INILAH AYAT PALING UTAMA YANG MEMILIKI SATU LIDAH DAN DUA BIBIR




Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Ta’ala, Tuhan semesta alam. Sebaik-baik perkataan adalah sabda Nabi; dan perkataan yang Mahabenar adalah Kalam Allah Ta’ala.
Di dalam al-Qur’an al-Kariim yang terdiri dari tiga puluh juz dan seratus empat belas surat, ada satu ayat yang paling utama. Ayat tersebut terdapat dalam surat al-Baqarah, di juz ketiga.
Siapa yang membaca ayat ini sebelum tidur, maka Allah Ta’ala akan melindunginya dan setan tidak akan mendatanginya hingga pagi hari.
Di dalam ayat yang terdiri dari sepuluh kalimat yang agung ini, ada ajaran amat mulia untuk mengesakan Allah Ta’ala dengan pujian dan pengagungan. Ibnu Katsir mengatakan, “Ayat ini mengandung suatu hal yang sangat agung.”
Lantas, dalil apakah yang digunakan sehingga ayat ini disebut sebagai ayat yang paling utama atau paling agung di dalam al-Qur’an?
Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bertanya kepada Ubay bin Ka’ab, “Apakah ayat yang paling agung di dalam kitab Allah Ta’ala?”
Jawab Ubay, “Allah Ta’ala dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Maka, terang Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengulang-ulang pertanyaan tersebut hingga Ubay bin Ka’ab menjawab, ‘Ayat Kursi.'”
Sabda Rasulullah setelah mendengar jawaban sahabatnya itu, “Engkau akan dilelahkan dengan ilmu Allah, wahai Abu Mundzir.”
“Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya,” lanjut Sang Nabi, “sesungguhnya Ayat Kursi itu memiliki satu lidah dan dua bibir yang senantiasa menyucikan al-Malik (Allah Ta’ala) di sisi tiang ‘Arsy.”
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan hadits serupa tanpa adanya kalimat terakhir. Sedangkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dari Asma’ binti Yazid bin Sakan, ayat kedua ratus lima puluh lima dalam surat al-Baqarah ini disebutkan sebagai “Nama Allah Ta’ala yang paling agung” bersama dengan ayat pertama dan kedua surat Ali ‘Imran.
Maka memahami apa yang terkandung di dalamnya adalah sebuah keutamaan. Dikatakan oleh Ibnu Katsir, jalan terbaik untuk memahaminya adalah, “Memahami makna ayat tanpa takyif (menanyakan kaifiyat/hakikatnya) dan tanpa tashbih (menyerupakan dengan makhluk).”
Semoga Allah Ta’ala membukakan pikiran dan hati kita untuk memahami ayat yang paling utama ini. Aamiin. [Pirman]