Cerita mahasiswi pilih bercadar & putuskan hubungan dengan keluarga



Kampus merupakan tempat untuk menimba ilmu sesuai dengan apa yang diminati. Selain itu, kampus juga ajang untuk bersosialisasi dan berorganisasi untuk menambah wawasan mahasiswa atau mahasiswi.

Namun, terkadang salah bergaul atau berorganisasi bisa mengubah jati diri seseorang. Sebab, tak dipungkiri di sebuah kampus ada beberapa organisasi yang menyesatkan. Seperti yang terjadi pada mahasiswi FKIP Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, Desty Anggraini. 

Dia aktif mengikuti sebuah organisasi pengajian. Tapi, setelah lama mengikuti organisasi tersebut perubahan besar terjadi pada mahasiswi program studi PAUD itu. Tidak hanya dari cara berpakaiannya, akan tetapi Desty sudah tidak pernah masuk kuliah.

Bahkan yang lebih menyedihkan keluarga, kini Desty tidak diketahui keberadaannya. Beberapa hari terakhir keluarga tidak bisa menghubungi dara 21 tahun itu.

Berikut cerita Desty yang berubah setelah ikut organisasi di kampus:


Merdeka.com - Sempat meminta izin untuk pergi menimba ilmu agama di pondok pesantren Tahfidz Alquran Anshorulloh di Ciamis, Jawa Barat, Desty Anggraini (21), mahasiswi bidik misi Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, tidak diketahui keberadaannya sejak lima hari lalu. Keluarga berharap, Desty segera pulang ke rumah dengan kondisi selamat.

Orangtua Desty, Nurhasanah (45) mengaku anaknya pamit kepada keluarga untuk mondok di Ciamis. Pihak keluarga sempat melarang karena terlalu jauh dan Desty anak perempuan. Namun Desty tetap berangkat pada 6 Agustus 2015 lalu.

"Kami tadinya melarang, rapi Desty ngotot pingin pergi ke Ciamis. Katanya biar nambah ilmu agama," ungkap Nurhasanah saat dijumpai di kediamannya di Jalan Sultan Muhammad Mansyur PDAM, Lorong Alir, Gang Pelita 8, RT 14 RW 5, Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang, Rabu (19/8).

Saat pergi Desty yang kuliah FKIP Unsri Palembang Program Studi Pendidikan anak usia dini (PAUD) itu membawa tas ransel, berisi pakaian dan uang saku Rp 50 ribu. Sementara biaya ongkos sudah ada karena dijamin oleh teman Desty yang sama-sama berangkat ke Jawa.

"Dia cuma minta duit segitu, memang tidak cukup buat makan," kata dia.

Sejak kepergiannya itu, keluarga masih bisa berkomunikasi melalui telepon dan pesan singkat. Namun, sejak 15 Agustus 2015, kontak terputus hingga sekarang tanpa diketahui di mana keberadaan Desty.

"Kami belum lapor ke polisi. Kami masih berusaha mencari informasi dari teman-temannya. Tapi, mereka tidak tahu juga," ujarnya.


2.
Desty bercadar dan ingin mati sahid, keluarga takut dia gabung ISIS

Merdeka.com - Terputusnya kontak dengan anaknya sejak 15 Agustus 2015 lalu, membuat Nurhasanah (45) khawatir. Dia takut, putrinya, Desty Anggraini (21) ikut bergabung dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Menurut Nurhasanah, kekhawatiran itu cukup beralasan. Sebab, perilaku Desty sejak setahun terakhir tiba-tiba memakai cadar dan pakaian serba hitam. Itu dia pakai saat kuliah termasuk di dalam rumah.

"Itu yang saya takutkan, dia gabung dengan ISIS. Karena setahun ini pakai cadar hitam dan pakaian serba hitam," ungkap Nurhasanah saat ditemui merdeka.com di kediamannya di Jalan Sultan Muhammad Mansyur PDAM, Lorong Alir, Gang Pelita 8, RT 14 RW 5, Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang, Rabu (19/8).

Dikatakan, Nurhasanah sempat melarang anaknya itu menggunakan cadar. Sebab kondisi di sekitar rumahnya merupakan perkampungan sehingga warga sangat mudah berpikiran macam-macam.

"Saya tidak mau jadi perbincangan tetangga. Tapi, dia ngotot. Dia bilang mending mati kalau cadar dilepas," ujarnya.

Parahnya lagi, kata dia, ternyata Desty sudah lama tidak kuliah. Hal ini didapat dari teman sekampus Desty yang penasaran Desty tak pernah lagi ke kampus. Desty juga meninggalkan praktik pengalaman lapangan (PPL) dan memilih hanya mengikuti pengajian.

"Waktu saya buka kamarnya, saya temukan banyak kata-kata di buku hariannya yang aneh, kayak pingin mati sahid, senyum dan pingsan sahid," kata dia.

3.
Disuruh lepas cadar, Desty lebih pilih putuskan kekeluargaan

Merdeka.com - Sikap keras dan tak mau mengalah sudah ditunjukkan Desty Anggraini (21) sejak memakai cadar dan berpakaian serba hitam. Bahkan, dibanding melepas cadar, Desty lebih memilih memutuskan tali kekeluargaan.

Ibu Desty, Nurhasanah (45) mengaku sangat terkejut dengan sikap anaknya tersebut. Sebab, sebelum memakai cadar, Desty termasuk anak yang penurut dan pintar bergaul.

"Dulu anak saya rajin kuliah, perilakunya juga biasa-biasa saja," ungkap Nurhasanah, Rabu (19/8).

Sikap anaknya berubah total sejak memakai cadar dan pakaian serba hitam dimulai 2014 lalu. Keputusan Desty itu tanpa meminta pendapat terlebih dahulu kepada keluarganya.

"Pulang-pulang dia sudah bercadar. Kami sempat tidak kenal, tahunya Desty," ujarnya.

Melihat sikap aneh itu, Nurhasanah beberapa kali meminta anaknya melepas cadar dan berpakaian yang normal tetapi tetap berjilbab. Namun, permintaan itu justru direspon negatif oleh Desty. Bahkan, Desty melontarkan kalimat pedas kepada ibu kandungnya sendiri.

"Dia bilang mending mati kalau disuruh lepas cadar, atau tak mau lagi dianggap anak, dia mau putuskan kekeluargaan," kata dia.

Baru-baru ini, sambung dia, pihak keluarga mendapat informasi bahwa Desty jauh berubah. Di kampus, Desty sering memegang buku tentang jejak dan langkah nabi dan mengikuti sebuah organisasi pengajian di Indralaya.

"Mudah-mudahan tidak ada apa-apa, kami cuma takut dia ikut ISIS," pungkasnya.

4.
Lama antre, keluarga Desty batal lapor polisi

Merdeka.com - Lantaran kesal mengantre, keluarga Desty Anggraini (21) yang diduga bergabung dengan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS), batal melapor ke polisi. Padahal, laporan itu ditunggu agar memudahkan penyelidikan.

Petugas SPKT Polda Sumsel AKP Samsurizal mengungkapkan, beberapa orang anggota keluarga Desty, termasuk ibunya, Nurhasanah, datang ke Polda Sumsel untuk melapor siang tadi. Kedatangan mereka langsung diterima dan ditanya perihal kasus apa yang dilaporkan.

"Memang tadi ada keluarga yang katanya anaknya hilang dan diduga masuk ISIS itu datang ke sini," ungkap Samsu, Rabu (19/8).

Karena masih ada beberapa warga yang melapor, polisi meminta keluarga Desty menunggu di kursi yang disediakan. Namun, ketika dipanggil untuk menghadap, keluarga Desty sudah pergi tanpa memberi alasan.

"Mungkin tadi lama menunggu, jadi pergi. Mungkin cari makan, tapi sampai sekarang tak muncul lagi," ujarnya.