KETAHUI Waktu Terbaik Berhubungan Intim Untuk Mendapatkan Keturunan menurut Islam dan SAINS


Melakukan hubungan suami istri(bercinta) untuk mendapatkan keturunan adalah hal yang wajar, namun perlu diketahui waktu yang baik menurut Islam dan Sains berikut ini.

Mempunyai keturunan adalah keinginan semua pasangan keluarga, namun tidak semuanya bisa mewujudkan, karena selain berbenturan dengan kehendak Allah SWT dan meskipun secara ilmu kesehatan-pun tidak ada masalah, namun juga masih banyak yang tidak memahami beberapa “rahasia” bagaimana mendapatkan keturunan tersebut, salah-satunya tentang waktu terbaik untuk bercinta atau melakukan hubungan suami-istri.


Mungkin kita semua akan bertanya, kenapa kita masih perlu tahu tentang kapan waktu yang palig baik untuk bercinta itu?, bukankah semua waktu itu memang baik?. Pada dasarnya memang demikian, semua waktu yang diciptakan Tuhan pastilah baik, namun karena pada momentum-momentum tertentu hormon testosteron pada laki-laki dan hormon endorfin pad aperempuan membutuhkan waktu tertentu juga dalam mencapai level tertinggi, maka itulah alasannya kenapa kita perlu mengetahui kapan waktu yang paling baik dan terbaik untuk melakukan hubungan suami istri dengan harapan bisa dikaruniai keturunan.

Oleh karena itu, juga sangat perlu memperhatikan waktu shalat jama’ah sehingga suami bisa melaksanakan shalat jama’ah sebagai bentuk ikhtiar selain memang merupakan kewajibannya. Selain itu, perlu diperhatikan pula waktu yang kurang kondusif, semisal ada anak-anak dan lainnya

Secara khusus, ada tiga waktu yang diisyaratkan oleh Islam dalam Al-Quran, yakni sebelum Subuh, tengah hari antara Dzuhur dan Ashar, serta setelah Isya’.

Dalam Surah An Nur Ayat 58, disebutkan, “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah shalat Isya. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain)”.

Ayat di atas memang tidak secara tegas menyebutkan waktu “bercinta”, namun dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, bahwa para sahabat menyukai waktu/ saat-saat tersebut untuk menunaikan hajat “bercinta” mereka. Di antara tiga waktu tersebut yang paling sering dipilih adalah setelah Isya’.