Bahaya kebanyakan pembalut dan pantyliner di tanah air, terungkap dan bikin heboh akhir-akhir ini. Untuk itu, supaya lebih aman dan sehat, sudah siap beralih ke Mens Pad atau pembalut kain?
Umumnya pembalut jaman sekarang diakui mengandung klorin, zat pemutih pemicu kanker.
Pembalut modern, yang merajai pasar tanah air. Pembalut semacam ini disebut berbahaya
Dikutip Shona Vitrilia, Founder Islamic Parenting dari ummi-online, ahli farmasi Prof Zullies Ikawati, mengatakan, klorin yang terdapat pada pembalut wanita yang sedang ramai dibicarakan diperkirakan merupakan sisa dari pemutihan/bleaching dari pulp yang digunakan sebagai campuran pengisi pembalut.
“Memang di negara maju bleaching dengan gas klorin sudah tidak banyak digunakan lagi karena kekuatiran menghasilkan dioksin, dan beralih ke H2O2,” katanya.
Menurutnya, pemakaian klorin untuk produk-produk dalam negeri masih banyak menggunakan bahan baku yang diputihkan menggunakan klorin karena faktor ekonomi.
“Ini yang kita agak kecolongan karena kalau di negara maju sudah jauh ditinggalkan. Efek toksik klorin yang utama adalah jika terhirup ke saluran pernafasan.
Tapi kan kita tidak akan menghirup-hirup pembalut? Jika hanya tersentuh saja, kontak dengan kulit seperti pada pemakaian pembalut, mungkin lebih menyebabkan iritasi atau alergi buat yang sensitif. Yang tidak sensitif ya tidak merasa apa-apa.” kata Zullies
"Dalam prosesnya, pembuatan pembalut wanita perlu dilakukan pemutihan pulp kayu (bleaching) dan pemurnian. Pemutihan memang menggunakan gas klorin namun dapat menghasilkan dioksin sebagai produk sampingannya.
Adapun efek dari dioksin jika jauh dari ambang batas adalah dapat menyebabkan kanker. Namun proses bagaimana dioksin bisa menyebabkan kanker pun masih dipertanyakan." jelasnya.
Beralih ke Mens Pad
Mens pad merupakan pembalut kain yang bisa dicuci sehingga lebih aman dan sehat.
Pembalut Mens Pad
Dalam pembalut sekali pakai, selain mengandung dioksin juga terdapat bahan plastik dan lem perekat.
Kedua bahan tersebut mengurangi sirkulasi udara di bagian intim wanita, sehingga menciptakan lingkungan yang disukai bakteri yang dapat memicu iritasi dan infeksi jamur.
Menspad juga jauh lebih ekonomis dibanding membeli pembalut sekali pakai setiap bulannya.
Meski akan sedikit direpotkan dengan aktivitas cuci mencuci, manfaat sehat dan hemat serta ramah lingkungan sudah cukup menjadi bahan pertimbangan untuk segera beralih ke mens pad.
YLKI: Kain Lebih Baik
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menemukan kandungan klorin pada 9 pembalut wanita yang biasa dipakai saat menstruasi. Adanya klorin ini dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan organ intim wanita, yang bisa menyebabkan risiko iritasi, gatal-gatal, hingga keputihan.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi pun menyarankan konsumen menggunakan pembalut kain yang lebih bersih. "Pembalut kain bisa diipakai ulang, bisa dicuci dan keamanannya jangka panjang," ujar Tulus dalam jumpa pers di Kantor YLKI, Jakarta, Selasa (7/7/2015).
Menurut Tulus, pemakaian kain juga lebih ramah lingkungan. Berbeda dengan pembalut sekali pakai yang pemakaiannya cukup tinggi di Indonesia. Namun, pembalut kain seperti yang dipakai wanita dulu, kini tak lagi diminati masyarakat. Pembalut kain dinilai kurang praktis.
Bagi wanita yang aktif, penggunaan pembalut kain dikhawatirkan tidak bisa menampung darah yang keluar saat menstruasi.
Sebelumnya, YLKI melakukan penelitian terhadap 9 merek pembalut wanita dan 7 pantyliner. Hasilnya semua sampel tersebut mengandung klorin, yang biasa digunakan sebagai pemutih. Tulus mengatakan, konsumen memiliki hak untuk memakai produk yang aman.
Sebanyak 9 pembalut yang mengandung klorin yaitu merek Charm (54,73 ppm/parts per million), Nina Anion (39,2 ppm), My Lady (24,44 ppm), VClass Ultra (17,74 ppm), Kotex (8,23 ppm), Hers Protex (7,93 ppm), Laurier (7,77 ppm), Softex (7,3 ppm), dan Softness Standar Jumbo Pack (6,05 ppm). Untuk pentyliner, yaitu V Class (14,68 ppm), Pure Style (10,22 ppm), My Lady (9,76 ppm), Kotex Fresh Liners (9,66 ppm), Softness Panty Shields (9 ppm), CarFree Superdry. (7,58 ppm), dan Laurier Active Fit (5,87 ppm).
Pembelian sampel dilakukan dalam kurun waktu Desember 2014-Januari 2015 dari ritel modern, agen, dan toko. Uji laboratorium menggunakan metode analisis kimia spektrofotometri yang dilakukan di laboratorium TUV NORD Indonesia yang telah terakreditasi.
Sumber: Tribunnews