Siapa yang tak kenal Yohanes Herbertus Eijkenboom atau populer dengan sebutan "Jhony Indo", perampok legendaris di Jakarta. Ia bersama komplotannya dalam gangster Pachinko (Pasukan China Kota) sempat membuat geger karena kerap melakukan aksi perampokan terhadap orang-orang kaya asing di Indonesia.
Saat ini, jauh setelah hidupnya berubah, Jhony berbagi dengan 30 bekas warga binaan Lembaga Pemasyarakatan di Bengkulu, Rabu (3/9/2014).
"Saat itu yang menjadi target rampok saya adalah orang-orang kaya asing di Indonesia. Mereka juga banyak mengambil harta dari Indonesia, makanya saya rampokin dan uangnya saya bagi-bagikan ke masyarakat miskin," katanya dalam sebuah acara yang digelar Kementerian Sosial RI.
Jhony Indo |
Selama melangsungkan aksinya merampok emas pada akhir tahun 1970 hingga awal 1980, dia telah mengumpulkan 129 kilogram emas yang semuanya dibagikan kepada masyarakat miskin. Kehadiran Jhony Indo dan gangster Pachinko itu tentu saja menjadi target dari kepolisian yang saat itu masih bersatu dengan ABRI. Ia harus beberapa kali masuk-keluar penjara. Terakhir, di Nusakambangan, ia sempat melarikan diri bersama anak buahnya dari pengamanan superketat penjara dan menyerah setelah 11 hari bertahan hidup di tengah hutan.
Kisah kelam tersebut terurai dengan lancar dan polos oleh Jhony yang saat ini berganti nama menjadi Ki Umar Billah Al-Jhon Indo. Beberapa cerita yang bersifat pribadi tetapi menggugah pun turut disampaikannya di hadapan 30 mantan warga binaan di Kota Bengkulu.
Selain menyampaikan kisah kelam pada masa muda, Johny juga mengisahkan perjalanan hidup yang mengarahkannya menjadi seorang pendakwah dari kampung ke kampung dan menjadi pengusaha batu akik di kawasan Pasar Poncol, Jakarta.
Perjalanan hidup masuk-keluar penjaralah yang mengenalkan ia pada kedekatan hidup spiritual dan selalu mengingat Tuhan, hingga saat ini.
"Saya berprinsip, hidup saat ini mencari makan halal saja. Walau itu kecil, asal berkah," ujarnya.
Johny juga menceritakan, dari usaha kecilnya, dia bisa menjadikan anaknya seorang dokter dan ahli IT di Hongkong.
"Masa anak preman bisa jadi dokter? Bisa, asal dijalankan mengharap ridho dari Allah," ungkapnya.
Komitmennya terhadap masyarakat kecil masih melekat hingga kini. Pernah sekali waktu, lanjutnya, dia diundang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk mengisi ceramah di Istana Negara. Namun, dia menolak, mengingat, pada waktu yang sama, ia telah lebih dahulu memiliki janji mengisi ceramah untuk masyarakat miskin di kawasan Blok M, Jakarta.
"Bukan saya tidak menghormati Presiden, tetapi saya sudah duluan berjanji dengan masyarakat miskin," tekannya.
Bisa Berangkat Haji
Di hadapan para mantan warga binaan lapas, Jhony juga membagikan hikmah dari keikhlasan. Menurut dia, keikhlasan mengantarkan dirinya untuk mampu berangkat haji gratis ke Mekkah.
"Saat itu, saya melihat sampah begitu banyak di selokan kampung saya, tak ada yang mau membersihkannya. Lalu, secara inisiatif, saya bersihkan sampah yang berbau busuk dan menumpuk itu. Secara tak sengaja, lewatlah pangeran Arab keturunan Raja Fahd. Dia turun dari mobil dan aneh melihat saya bertato membersihkan sampah," kenangnya.
Saat itu, pangeran Arab tersebut mengomentari tato yang dimilikinya dengan kata haram. Sempat terjadi perdebatan saat itu. Namun, pasca-pertemuan itulah pangeran Arab itu menjemputnya dengan jet pribadi agar Jhony berangkat haji dengan layanan super-VVIP.
"Itu hikmah dari kerja ikhlas, buahnya nikmat saya bisa berangkat haji," tambahnya.
Sekali waktu, masih terkait soal ikhlas, dia pernah tak diberi honor saat menjadi penceramah. Hal ini menyebabkan ia harus pulang berjalan kaki berpuluh kilometer. Untuk naik angkot pun ia tak punya uang. Namun, beberapa waktu kemudian, ia mendapatkan tawaran dari pengusaha kaya untuk mengisi ceramah di perusahaan pengusaha tersebut dengan bayaran jutaan rupiah.
"Saat itu saya terkejut, begitu besarnya uang tersebut," ungkapnya.
Hingga kini, Jhony mengaku memiliki rumah baca di bawah Yayasan Jhon Indo Foundation yang disokong oleh Kementerian dan Dinas Sosial. Kisah Jhon Indo tersebut merupakan motivasi bagi para mantan warga binaan lapas di Bengkulu agar mereka tetap optimistis menapaki hidup. Ia juga berharap agar masyarakat umum tak memberikan stigma negatif berkepanjangan bagi para narapidana.
"Pernah dipenjara itu sudah menjadi perjalanan hidup kita, dan ditentukan Tuhan. Namun, mulai ke depan, kita perbaiki hidup kita, mulai dari diri sendiri, keluarga, dan seterusnya dalam upaya membangun Indonesia," ujar Johny bersemangat, diiringi riuh tepuk tangan para mantan preman yang menyimak ceramahnya.
Jhony Indo |
Diskusi yang digelar Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kementerian Sosial RI itu bekerja sama dengan LSM Kantong Informasi Masyarakat (KIPAS) semakin seru saat Kepala Dinas Sosial Provinsi Bengkulu Harnyoto ikut memandu sebagai moderator dan memiliki pengetahuan cukup lengkap mengenai sepak terjang Jhon Indo pada masa muda.
"Beliau legenda Robin Hood-nya Indonesia. Saat ini, dengan semangatnya, ia bisa menjadi teladan banyak orang," kata Harnyoto.
Sebanyak 30 mantan warga binaan tersebut juga mendapatkan pendidikan berwirausaha dari pemerintah serta bantuan modal agar dapat membangun hidup lebih baik, diterima, dan bermanfaat bagi masyarakat. (kompas)